Prediksi Arah Industri Logistik 2026 untuk Operasional Anda

P
Pamungkas
Diposting 21 Nov 20255 menit baca
Bisnis
arah-industri-logistik-2026

Permintaan logistik terus naik, tapi biaya masih berubah-ubah hampir setiap kuartal. Di tengah dinamika itu, banyak member kami mulai menanyakan prediksi arah industri logistik 2026 untuk menyiapkan strategi lebih realistis. Jika Anda baru menjajaki digitalisasi, Anda bisa mulai dari hal sederhana seperti registrasi akun KiriminAja agar tim punya satu pintu ke berbagai layanan pengiriman.

Regulasi karbon Eropa ikut menambah beban biaya di jalur internasional. Namun digitalisasi dokumen membuat alur jadi lebih rapi dan cepat meski kondisi sering kacau. Dan di sinilah keputusan kecil sering menentukan performa layanan yang Anda berikan ke pelanggan.

Ringkasan eksekutif: Permintaan naik, biaya tetap labil

Ringkasan eksekutif ini memberi konteks sebelum masuk ke detail teknis. Permintaan logistik domestik tetap tumbuh, tetapi volatilitas biaya—khususnya laut dan energi—masih tinggi. Digitalisasi dokumen dan integrasi platform menjadi ruang perbaikan terbesar menuju 2026.

Regulasi karbon lintas-benua mulai menggigit. Biaya tambahan dari EU ETS dan CBAM muncul meski rutenya jauh dari Eropa. Digitalisasi menjadi penyeimbang karena membantu Anda melihat biaya dan waktu dengan lebih transparan.

Perubahan ini mungkin terasa berat untuk tim yang masih mengandalkan spreadsheet manual. Tapi dari pengalaman kami, langkah kecil yang konsisten jauh lebih aman dibanding memaksakan transformasi besar yang tidak realistis. Dan itulah yang paling penting.

Daya Saing Saat Ini: LPI Indonesia Jadi Baseline

Daya saing logistik Indonesia tetap butuh akselerasi. Posisi LPI 2023 menempatkan Indonesia di peringkat 61 dengan skor 3,0. Angka ini bukan titik lemah, tapi baseline realistis menuju 2026.

Para pemilik brand yang kami dampingi merasakan hal yang sama. Lead time domestik makin stabil, tetapi biaya dan variasi kualitas layanan masih menjadi tantangan. Ini kondisi nyata, dan di situlah aggregator seperti KiriminAja menemani memetakan pilihan pengiriman dengan lebih netral.

Outlook Permintaan Domestik: Pertumbuhan Moderat Tapi Stabil

Outlook permintaan domestik mengacu pada proyeksi makro. OECD memperkirakan pertumbuhan PDB 2026 di sekitar 4,8%, dan proyeksi World Bank tidak jauh berbeda. Bank Indonesia melihat peluang 5,33% jika konsumsi tetap kuat.

Pertumbuhan moderat ini mendukung volume logistik yang stabil. Tidak meledak, tapi cukup untuk menjaga utilisasi gudang dan armada tetap sehat. Ini mungkin cocok untuk tim Anda yang ingin menjaga cashflow tanpa ekspansi agresif.

E-Commerce dan Fulfillment: GMV Makin Naik, Video Commerce Jadi Pendorong

E-commerce regional menunjukkan percepatan baru setelah periode penyesuaian. Laporan e-Conomy menyebut GMV Indonesia mendekati US$100 miliar pada 2025. Tren ini terbawa ke 2026 dengan dorongan kuat dari video commerce dan live selling.

Volume fulfillment ikut naik seiring perubahan pola belanja yang semakin impulsif. Kombinasi social commerce dan campaign rutin membuat arus pengiriman makin padat. Ini yang kami temukan di lapangan ketika mitra brand mulai membuka dua hingga tiga warehouse satelit.

Laut: Tarif dan Reliabilitas Masih Fluktuatif

Tarif laut masih bergerak liar. Rute memanjang akibat gangguan geopolitik membuat biaya 2024 melonjak, dan efeknya belum hilang di 2026. UNCTAD mencatat jarak tempuh dan biaya naik signifikan karena pengalihan rute.

Reliabilitas jadwal tetap menjadi tantangan. Banyak brand mulai menahan impor besar dan membagi pengiriman menjadi batch kecil. Ini berguna ketika lead time tidak bisa diprediksi.

Regulasi Karbon Lintas-Benua: EU ETS, FuelEU, dan CBAM

Regulasi karbon lintas-benua akan semakin terasa. EU ETS mencakup pelayaran sejak 2024, dan FuelEU Maritime mulai menurunkan intensitas emisi pada 2025. CBAM berlaku penuh pada 2026 untuk impor tertentu.

Implikasinya sederhana: biaya logistik ekspor-impor naik, terutama untuk produk intensif energi. Tim finance perlu menyiapkan carbon budget agar tidak tergagap ketika surcharge diterapkan. Dan di situlah hal-hal menjadi rumit bagi bisnis yang belum punya data carbon footprint.

Digitalisasi Proses dan Tata Kelola: Penyeimbang Risiko Terbesar

Digitalisasi proses menjadi penyeimbang paling rasional untuk 2026. Carrier global menargetkan electronic Bill of Lading (eBL) mencapai 100% pada 2030. Indonesia melalui NLE telah berjalan di 46 pelabuhan dan enam bandara.

Integrasi data membuat proses customs, booking, dan tracking jauh lebih halus. Bagi tim operasi, digitalisasi mengurangi hari-hari penuh revisi dokumen dan email panjang. Ini mungkin cocok untuk tim Anda yang ingin mengurangi bottleneck manual.

Darat: Biaya Bahan Bakar dan Kebijakan Energi

Biaya darat dalam negeri dipengaruhi kebijakan energi. Mandatori B40 dieksekusi pada 2025 dan rencana B50 mulai diuji untuk 2026. Ini menciptakan skenario biaya yang bergerak dinamis sepanjang tahun.

Armada darat menjadi semakin sensitif terhadap harga minyak global. Tim logistik perlu mengatur rute dan SLA dengan cermat untuk menekan deviasi biaya. Begini cara kerjanya: semakin presisi data SKU, semakin efisien alokasi armada.

Udara: Menjaga Lead Time Ketika Semua Serba Cepat

Moda udara tetap menjadi penyelamat lead time. IATA mencatat cargo tonne-kilometers naik 5,8% pada 2025 dan tren positif ini berlanjut ke 2026. Pengiriman lintas negara untuk e-commerce juga menambah tekanan pada kapasitas.

Bagi brand yang mengandalkan fast-moving SKU, udara sering menjadi opsi terakhir tapi penting. Ini berguna saat kampanye digital memicu lonjakan mendadak. Banyak klien kami menggabungkan laut-udara untuk menjaga cashflow.

Skenario 2026: Dasar, Naik, dan Turun

Skenario dasar melihat biaya moderat dan layanan membaik bertahap. Skenario naik muncul jika rute global kembali normal dan surcharge karbon terkendali. Skenario turun terjadi ketika konflik meluas atau energi melonjak tajam.

Tim supply chain biasanya menyiapkan tiga rencana sekaligus. Tidak perlu rumit, cukup mapping biaya, SLA, dan risiko utama. Dari pengalaman kami, skenario dasar menjadi pegangan paling realistis.

Implikasi per Peran dalam Organisasi

Bagi brand owner, diversifikasi channel dan SLA menjadi prioritas. Volume tidak lagi stabil dari satu channel saja. Manfaatnya besar ketika campaign digital berubah cepat.

Bagi tim operasi dan logistik, kontrak indeksasi menjadi alat penting. Kontrak ini membantu meredam fluktuasi tarif tanpa perlu negosiasi ulang setiap bulan. Dan itulah yang paling penting di masa volatil.

Bagi finance manager, hedging sederhana dan carbon budget semakin relevan. Banyak perusahaan mulai menghitung potensi biaya karbon sebelum kontrak impor dibuat. Ini membantu menjaga margin tetap aman.

Rencana 90 Hari: Langkah Paling Realistis

Rencana 90 hari pertama bisa dimulai dari audit emisi dan data SKU. Tidak perlu menunggu sempurna, cukup kumpulkan data dasar untuk mengambil keputusan awal. Ini berguna untuk memetakan risiko biaya dan SLA.

Pilot eBL dan integrasi NLE pada rute prioritas dapat dilakukan sambil berjalan. Pilih rute yang paling sering dipakai agar percepatannya terasa. Dan untuk insight tambahan, Anda bisa membaca materi di trend supply chain dan logistik 2026.

Langkah terakhir adalah merapikan kontrak dengan penyedia layanan. Aggregator seperti KiriminAja membantu memetakan pilihan lebih obyektif tanpa bias vendor. Jika Anda perlu uji coba kecil, tim kami sering memulai dari SKU ringan.

Penutup: 2026 Jadi Tahun Eksekusi

Prediksi arah industri logistik 2026 menunjukkan bahwa tahun depan bukan sekadar soal bertahan, tetapi soal eksekusi yang rapi. Pemimpin yang gesit biasanya menang di biaya, SLA, dan data. Tim yang sudah siap sejak awal lebih mudah menghadapi perubahan mendadak.

KiriminAja ada di posisi tengah, membantu banyak brand mengatur rute, biaya, dan performa layanan tanpa repot. Ini belum tentu cocok untuk semua orang, tapi cocok untuk tim yang ingin keputusan berbasis data. Dan pada akhirnya, keputusan kecil yang Anda buat hari ini bisa jadi pembeda besar di 2026.

Artikel Terkait

cara-memulai-bisnis

Cara Memulai Bisnis: Tahapan Profesional agar Usaha Siap Diluncurkan

Kinanthi Haksari20 Nov 2025
emotional-branding-logistik-pengalaman-customer

Emotional Branding: Mengubah Logistik Menjadi Pengalaman Bermakna

Pamungkas20 Nov 2025
kapan-dan-bagaimana-rebranding-efektif

Rebranding yang Efektif: Kapan dan Bagaimana Melakukannya?

Pamungkas20 Nov 2025
Hubungi Kamivia WhatsApp