Kita sebagai para pebisnis sering dimotivasi agar menemukan masalah di market. Setelah masalah ditemukan, kita didorong membuat solusi dari masalah yang kita temukan sebelumnya dan solusi itulah yang akan menjadi inti dari bisnis yang akan kita bangun.
Masalahnya kita sebagai pebisnis bukan saja hanya menyelesaikan masalah di market, melainkan kita perlu mengambil keuntungan yang cukup untuk berkembang dari sisi bisnis. Model bisnis yang keliru untuk sebuah produk justru membuat bisnis yang kita bangun menjadi tidak menguntungkan.
Oleh karena itulah kita perlu menemukan model bisnis yang mendapatkan kedua poin tersebut secara bersamaan yaitu menyelesaikan masalah market dan memberikan keuntungan yang cukup untuk bisnis kita.
Untuk mendapatkan langkah-langkah yang jelas dalam membangun model bisnis tersebut anda bisa mepelajari langkah-langkah yang telah kami rangkum dibawah ini.
Fokus bisnis bisa memiliki banyak arti yaitu diantaranya: fokus dalam satu bidang bisnis, fokus dalam strategi bisnis, dan fokus dalam bentuk bisnis dalam mendapatkan keuntungan. Kali ini kami mengerucutkan pembahasan pada fokus bisnis dalam mendapatkan keuntungan.
Dalam metode suatu bisnis dalam mendapatkan keuntungan ada banyak metode yang bisa dilakukan. Diantara seluruh metode yang ada ada dua metode yang cukup populer yaitu: mendapatkan keuntungan dengan menambah Reseller atau mendapatkan keuntungan dengan menambah End user.
Kedua metode tersebut memiliki strategi yang berbeda hingga struktur biaya yang juga pasti berbeda. Nah jika berbicara tentang biaya sering kali kita kebingungan bagaimana cara atau metode untuk menentukan profit yang kita tepat. Karena banyak juga biaya-biaya yang tidak langsung melekat pada produk
Akhirnya kebanyakan pebisnis hanya membuat asumsi saja tanpa menghitung dengan kronologi yang tepat. Ada 4 langkah dasar penghitungan agar kita bisa memaksimalkan keuntungan dari bisnis yang kita jalankan.
Untuk mendapatkan hasil perhitungan tersebut, sebelumnya kita perlu perlu merincikan terlebih dulu dari satuan terkecil produk kita, menentukan faktor-faktor yang berpengaruh, lalu menata strategi yang tepat. Langkah-langkah yang perlu kita lakukan adalah sebagai berikut,
Gross Margin (GM) atau margin kotor adalah selisih antara harga jual dengan Harga Pokok Produksi (HPP). Gross margin bisa menjadi komparasi kita dalam membandingkan berbagai jenis model bisnis terutama potensinya dalam mendapatkan keuntungan.
Untuk menemukan Gross margin atau selisih harga jual adakah dengan menggunakan rumus sederhana berikut:
GM : Gross Margin
Harga : Harga jual produk
HPP: Harga Pokok Produksi
Contoh:
Jika satuan terkecil produk kita seharga Rp 100.000, dengan HPP Rp 25.000, maka GM = Rp 75.000
Perhatikan bahwa Harga Pokok Produksi (HPP) adalah biaya yang “melekat langsung” pada produk terlebih dulu.
Customer Acquisition Cost (CAC) adalah biaya yang diperlukan untuk mendapatkan setiap pembeli dari produk yang kita jual. CAC merupakan salah satu unit penting yang diperhitungan dan mempertimbangkan model bisnis. CAC ini dikategorikan dalam biaya marketing, karena salah satu tujuan melakukan marketing adalah untuk mendapatkan pembeli.
Sedangkan Contribution Margin adalah penambahan laba atau keuntungan yang didapatkan dari setiap penambahan penjualan. Contribution margin didapatkan dari Biaya Jual Produk dikurangi Customer Acquisition Cost (CAC).
Berikut adalah cara menghitung nilai akuisisi setiap pembeli CAC serta kontribusi keuntungan dari setiap penjualan produk MG.
Untuk mendapatkan nilai CAC ini adalah dengan menjumlahkan semua spend buget marketing dalam satu periode lalu nilai tersebut dibagi dengan jumlah customer yang di akuisisi setiap dalam satu periode. Lalu dihitung nilai rata-rata untuk akuisisi setiap customernya.
Tool Marketing | Biaya yang dikeluarkan | Kuantitas | Total Spent |
Staff marketing | Rp. 3.000.000 | 2 | Rp. 6.000.000 |
Instagram Ads | Rp. 4.000.000 | 1 | Rp. 4.000.000 |
Facebook Ads | Rp. 5.000.000 | 1 | Rp. 5.000.000 |
Google Ads | Rp. 3.000.000 | 1 | Rp. 3.000.000 |
Total biaya marketing | Rp. 18.000.000 | ||
Kustomer baru dalam sebulan | 400 | ||
CAC | Rp. 45.000 |
Dari tabel perhitungan diatas kita bisa simpulkan bahwa nilai Customer Acquisition Cost (CAC) atau biaya perakuisisi yang dibutuhkan dari setiap customer baru adalah sekitar Rp.45.000
Setelah kita mendapatkan biaya Cost Acquisition Customer (CAC) di tahap sebelumnya, berikutnya kita bisa mendapatkan Contribution Margin (CM). Nilai Contribution Margin merupakan nilai keuntungan bersih yang kita dapatkan dari setiap produk yang berhasil jual.
Pada contoh diatas kita bisa mendapatkan angka CAC yang dibutuhkan adalah Rp 12.500.
Kurangi Gross Margin (GM) dengan Cost Acqisition Customer (CAC), untuk mendapatkan Contribution Margin (CM)
Maka Contribution Margin (CM) nya adalah. Rp 100.000-Rp45.000=Rp 55.000.
Dalam proses produk hingga marketing tentunya banyak biaya lain-lain terkait operasional yang tidak melekat pada nilai produk (seperti HPP dan biaya yang dikeluarkan untuk akuisis konsumen CAC). Biaya lain-lain tersebut seringkali terlihat sederhana namun disaat kita tidak menghitungnya dengan baik malah akan menjadi celah potensi kerugian yang tidak terlacak.
Biaya-biaya ini seperti diantaranya: biaya listrik, air, Gaji karyawan operasional, dan lain-lain. Semua biaya seperti ini perlu di list dan dijumlahkan untuk menemukan total dari biaya lain-lain. Berikutnya kita bisa meghitung jumlah penjualan yang kita butuhkan untuk menutupi biaya pengeluaran lian-lain yang sudah kita hitung sebelumnya.
Biaya lain-lain adalah berbagai macam jenis transaksi serta tidak tercantum secara langsung dalam transaksi utama perusahaan. Secara perhitungan tentunya
Pada contoh kasus yang sedang kita bicarakan, biaya lain-lain yang diperkirakan diantaranya:
Jenis Biaya | Tagihan sebulan |
Listrik | Rp. 2.500.000 |
Air | Rp. 500.000 |
Gaji Karyawan Produksi | Rp. 12. 500.000 |
Total | Rp. 15.500.000 |
Dari perhitungan sederhana diatas bisa kita simpulkan total biaya lain-lain dalam periode sebulan adalah Rp. 15.500.000
Kita telah mendapatkan total biaya yang terjadi diluar dari transaksi utama perusahaan. Biaya jenis ini disebut biaya lain-lain (Miscellaneous Expenses) yang mana biaya ini diluar dari perhitungan Harga Pokok Porduksi (HPP) dan Costumer Acquisition Cost (CAC).
Dari nilai biaya lain-lain yang telah kita hitung pada langkah sebelumnya, kita dapat menghitung jumlah total penjualan yang kita perlukan untuk menutupi biaya lain-lain yang keluar. Yaitu dengan perhitungan sederhana seperti berikut:
Jumlah penjualan yang diperlukan = Total Biaya lain-lain / Contribution Margin (CM
Jumlah penjualan yang diperlukan = Rp. 15.500.000 / Rp 55.000.
Jumlah penjualan yang diperlukan = Rp. 15.500.000 / Rp 55.000.
Jumlah penjualan yang diperlukan = 282 penjualan
Jadi dapat disimpulkan bahwa kita harus berhasil menjual 282 produk untuk dapat menutupi biaya lain-lain.
Kita telah menghitung berbagai nilai yang cukup penting seperti nilai transaksi utama bisnis kita, nilai biaya yang dikeluarkan diluar transaksi utama, hingga cara menutupi biaya yang dikeluarkan diluar transksi utama. Langkah selanjutnya adalah dengan mengatur strategi untuk memaksimalkan profit dan laba di bisnis kita.
Untuk dapat mengatur strategi yang baik dan tepat kita perlu mendefinisikan faktor-faktor yang dapat kita maksimalkan untuk menaikkan keuntungan serta mengambil keputusan yang tepat karena seluruh faktor terhubung antara satu dengan yang lainnya.
Kami sudah menyiapkan panduan memakai rumus laba bersih. Anda bisa memakai panduan tersebut untuk lebih memahami bagaimana formulasi keuntungan yang presisi. Berbagai faktor perhitungan sudah dimasukkan di panduan tersebut.
Berikut adalah faktor-faktor yang bisa kita maksimalkan dengan menambahkan nilai, mengurangi nilai, atau membuatnya menjadi lebih efektif untuk memaksimalkan keuntungan. Diantaranya:
Beberapa Contoh strategi dalam memaksimalkan keuntungan diantaranya:
Jika kita perhatiakn, penghitungan di atas hanya memnghitung pada satu unit terkecil dengan hanya satu pembeli. Hal ini bisa dilihat dari Customer Acquisition Cost (CAC) yang diasumsikan selalu masuk dalam penghitungan.
Maka yang perlu kita lihat adalah potensi Repeat Buying dari customer agar Customer Acquisition Cost (CAC) dapat diturunkan. Nilai CAC yang semakin rendah berarti biaya marketing untuk mendapatkan satu pembeli untuk satu unit terkecil produk kita itu juga semakin rendah.
Contoh:
Budi membeli produk kita seharga Rp 100.000. Sebagai customer baru, artinya Customer Acquisition Cost (CAC) 12.500 terpakai untuk mendapatkan Budi.
Budi ternyata puas dengan produk tersebut, dan membeli ulang lagi seharga Rp 100.000. Pada pembelian kali ini CAC menjadi lebih kecil karena Budi bukanlah customer baru.
Jika Budi terus melakukan pembelian ulang selama beberapa kali dalam setahun, maka CAC akan semakin kecil. Hal ini akan meningkatkan Contribution Margin (CM) dan akhirnya lebih berpotensi mendapatkan profit, dengan asumsi biaya lain-lain tidak bertambah.
Nilai pembelian ulang beberapa kali dalam setahun, disebut sebagai Lifetime Value (LtV).
Bahwa untuk mendapatkan profit ada banyak cara dan jalan seperti yang telah disebutkan. Namun jika sejak awal kita dapat melihat potensi suatu produk dapat memunculkan repeat buying atau kita bisa menyusun strategi agar terjadi repeat buying maka kita telah beberapa langkah di depan. Yaitu meningkatkan Lifetime Value (LTV) dan menurunkan Customer Acquisition Cost (CAC).
Semakin tinggi kepuasan pembeli dan repeat order dari produk kita maka semakin rendah biaya yang perlu kita keluarkan untuk marketing.
Dwika
Diposting 10 Desember 2022
Bisnis
Artikel Terkait
#BantuMenujuLebihMaju
Jadikan pengalaman pengiriman paket lebih mudah dengan aplikasi KiriminAja.
Atau versi Web Dashboard
PT Selalu Siap Solusi
Jl. Palagan Tentara Pelajar No.30 km.08, Karang Moko, Sariharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581
Produk
Lainnya
Perusahaan
© 2020 - 2024 PT Selalu Siap Solusi