Salah satu kerumitan memahami motivasi konsumen berbelanja adalah ada sekian banyak alasan yang saling tumpang tindih, mempengaruhi, dan bercampur aduk.
Alasan seseorang membeli produk tidak semata-mata tentang memiliki tapi lebih pada apa arti produk tersebut baginya. Pada banyak kasus, dorongan seseorang membeli sesuatu dipicu oleh keinginan untuk upgrade diri.
Seperti kita rasakan bersama, pasti ada banyak sekali alasan seseorang untuk membeli sebuh produk. Biasanya, alasan tersebut saling padu-padan, saling mendukung, dan saling melengkapi.
Hanya saja, Anda perlu melihat bagian menarik paragraf pertama yaitu "keinginan untuk upgrade diri" yang sifatnya benar-benar bersifat personal.
Artinya, setiap orang memiliki alasan uniknya sendiri saat membeli suatu produk. Meskipun itu produk yang sama.
Dengan kata lain, alasan pembelian seseorang sangat berdasar pada emosi. Lebih jauh lagi; alasan seseorang membeli produk adalah ketegangan psikologis. Orang merasakan ketegangan antara apa yang ia punya dan apa yang ia mau. Simak juga yuk trik psikologi marketing ini.
Seseorang hidup dalam realitas saat ini tetapi ia memiliki proyeksi/bayangan/imaji realitas yang diinginkan dalam pikirannya, yang entah bagaimana, akan membuatnya terkesan/terlihat lebih baik.
Orang membeli sesuatu untuk mengatasi/menengahi tarik-menarik antara realitas dan proyeksi tersebut.
Sebelum kita lanjut lebih dalam lagi pembahasannya, ada baiknya Anda daftar di Dashboard KiriminAja demi memberikan layanan pengiriman yang aman dan cepat.
Faktor psikologi adalah motivasi paling dasar seseorang melakukan pembelian. Setelah itu, orang baru memakai logika untuk pembenaran aktivitas belanjanya. Nah, memahami pengertian teori maslow dan relevansinya dalam bisnis juga penting untuk mengetahui psikologi konsumen.
Sebagai contoh, saat sebuah produk sedang dikirim ke konsumen, lalu status pengiriman masih on process, maka sangat wajar bila konsumen jengkel. Perasaan jengkel itu tidak lepas dari psikologi konsumen.
Sedikit out of topic; KiriminAja sudah menyiapkan penjelasan khusus untuk Anda memahami bagaimana psikologi konsumen dan status on process pengiriman.
Artinya, emosi dan logika ini saling padu-padan, bercampur jadi satu untuk menentukan sebuah pilihan membeli atau tidak. Sebagai contoh:
Contoh kedua:
Masalahnya adalah, pada umumnya, konsumen cenderung menutupi dan merahasiakan informasi atau motivasi psikologisnya saat membeli produk.
Biasanya, konsumen lebih banyak fokus ke fitur, layanan, keunggulan, metode pembayaran, harga produk, dan lain sebagainya yang bersifat teknis.
Karena itulah, yang jadi pekerjaan besar setiap pebisnis atau pelaku marketing adalah bagaimana caranya bisa tahu berbagai motivasi/alasan/dorongan psikologi konsumen saat membeli produk.
Menyingkap tabir misteri motivasi psikologi konsumen itu jadi pekerjan rumit, melelahkan, penuh eksperimen, adjustment teori dengan kondisi lapangan, dan perubahan taktik yang saling tumpang tindih.
Sehingga, semakin bisnis Anda dapat memahami kecenderungan ketegangan psikologis konsumen, maka akan semakin mudah pula bisnis Anda menghasilkan.
Tentu saja, banyak bisnis yang berhasil menyingkap tabir misteri motivasi konsumen tersebut. Walaupun ada banyak juga yang gagal atau masih on the process.
Ada berbagai teori dan penjelasan mengenai psikologi konsumen saat melakukan pembelian suatu produk.
Salah satu teori yang relevan untuk mengulas ketegangan psikologis konsumen itu adalah Maslow’s Hierarchy Of Needs. Kurang lebihnya, gambaran piramida hirarki kebutuhan Maslow itu seperti ini:
Berdasarkan piramida di atas, seseorang perlu memenuhi level kebutuhan yang lebih rendah dalam hirarki piramida kebutuhan.
Saat level kebutuhan yang lebih rendah sudah dipenuhi, maka orang itu bisa naik ke level kebutuhan berikutnya tanpa harus meninggalkan level yang lebih rendah.
Pada umumnya, saat seseorang membeli sebuah produk, maka ia tidak hanya sekedar mempertimbangkan level kebutuhan paling bawah saja. Orang akan mempertimbangkan level hirarki yang lain.
Sebagai contoh, saat Anda membeli makanan (memenuhi kebutuhan fisiologis), maka bisa saja Anda menambahkan faktor pertimbangan lain, seperti:
Membeli produk makanan brand tertentu karena pertimbangan gengsi (penghargaan diri)
Mentraktir teman (cinta & rasa memiliki)
Sehingga, Anda tidak hanya membeli produk karena kebutuhan fisiologis saja. Tapi juga mempertimbangkan faktor lain dalam level hirarki kebutuhan Maslow.
Hirarki kebutuhan Maslow di atas bisa dirinci lebih detail lagi. Robert W. Bly merinci hirarki kebutuhan Maslow di atas menjadi 22 alasan kenapa konsumen membeli sebuah produk, yaitu:
Dengan memahami teori di atas, Anda bisa menyesuaikan sebuah produk digunakan memenuhi perasaan konsumen bagian yang mana.
Baiklah. Cukup dengan berbagai teorinya. Mari membahas praktiknya. Penjelasan panjang lebar di atas bertujuan menuntut sebuah bisnis bisa memahami dorongan psikologi konsumen saat berbelanja.
Ketika bisnis bisa memahami psikologi konsumen berarti bisnis tersebut punya kemampuan melakukan pemasaran secara inovatif dan efisien.
Dengan kata lain, memahami psikologi konsumen bukan hanya membantu bisnis Anda memasarkan produk, tetapi juga membantu bisnis Anda memasarkan nilai dan manfaat yang lebih berarti dari produk tersebut.
Jadi, content marketing bukan hanya tentang membuat konten. Content marketing, idealnya, menuntut Anda memperhatikan bagaimana:
Sehingga, setiap kata yang Anda tulis, setiap desain yang Anda buat, setiap diskon yang Anda berikan, atau setiap elemen konten marketing yang Anda sajikan memiliki perannya masing-masing dalam membangun hubungan dengan audiens.
Dengan pendekatan ini, content marketing Anda tidak hanya akan lebih efektif, tetapi juga lebih berdampak.
Untuk itu, dalam setiap aktivitas content marketing, Anda perlu memastikan bahwa Anda sudah memahami konsumen.
Untuk bisa memahami konsumen lebih mendalam, ada beberapa cara yang umum dilakukan oleh berbagai pelaku marketing, yaitu:
Dengan cara-cara di atas, bisnis Anda bisa mendapatkan berbagai jenis data konsumen, kompetitor, ekosistem kompetisi, produk, dan banyak data lain terkait bisnis.
Data-data tersebut kemudian wajib Anda analisa sehingga memberikan pemahaman lebih mendalam tentang alasan konsumen membeli sebuah produk.
Pemahaman tersebut merupakan pintu masuk menciptakan konten pemasaran yang relevan, menyakinkan, dan efektif di mata konsumen.
Tentu saja, meskipun perilaku konsumen kadang tidak terduga, namun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian harus menjadi panduan strategi pemasaran Anda.
Tahap berikutnya yang tidak kalah penting adalah membangun persona konsumen Anda berdasarkan data dan analisis yang sudah ada.
Membangun persona bertujuan menginternalisasi siapa dan bagaimana pelanggan ideal Anda.
Persona ini, nantinya, akan memberi Anda gambaran bagaimana berinteraksi dengan konsumen di kehidupan nyata.
Cara membangun persona audiens ini bisa dilakukan dengan beberapa tahap sederhana, yaitu:
Langkah-langkah membuat persona di atas merupakan langkah yang harus dikerjakan selama masa-masa awal aktivitas marketing Anda.
Langkah-langkah di atas tidak bisa dikerjakan dalam waktu 1-2 hari, atau 1-2 minggu saja. Walau begitu, tidak ada batasan jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan. Hanya saja, Anda tidak bisa mengerjakannya dalam waktu singkat.
Pastinya juga, pada masa-masa awal, Anda akan mengalami kebingungan persona macam apa yang seharusnya dibangun dan untuk siapa produk Anda ditujukan.
Tapi sedikit demi sedikit, dengan berbagai eksperimen, Anda akan tahu persona macam apa yang dibuat dan bagaimana karakter audiens.
Dalam setiap aktivitas konten marketing, Anda perlu memahami dan menetapkan tujuan. Karena tujuan itulah yang akan jadi jalan mengembangkan strategi pemasaran.
Perlu diingat juga bahwa konten marketing adalah sebuah strategi jangka panjang, melibatkan sejumlah tim, sejumlah konten, dan audiens.
Sehingga Anda perlu indikator tertentu untuk mengukur efektivitas marketing yang dijalankan. Berikut ini adalah beberapa alasan kenapa content marketing perlu menetapkan tujuan:
3 prinsip persiapan menghasilkan konten marketing di atas mau tidak mau harus Anda praktikkan demi menghasilkan konten pemasaran yang relevan, punya value, dan menarik di mata audiens.
Untuk itu, ada sejumlah cara memastikan bahwa konten yang Anda buat memiliki value dan bukan sekedar aktivitas menunjukkan keunggulan produk saja.
Berikut ini adalah sejumlah cara yang bisa Anda terapkan demi menghasilkan konten yang punya value dan mendorong motivasi belanja konsumen:
Dengan content marketing yang memahami audiens, bisnis Anda bisa menjangkau target audiens dengan dampak positif pada sales.
Karena itulah, Anda perlu memahami bagaimana teknis prinsip dasar content marketing di atas. Untuk itu, Anda bisa mengulik berbagai uraian di website, Instagram, dan LinkedIn KiriminAja.
Sebagai mitra bisnis online Indonesia, KiriminAja selalu memberikan berbagai informasi dan pemahaman detail.
Jadi, sekaranglah waktu paling tepat untuk bergerak! Pahami audiens Anda dan segera buat konten!
Danusantoso
Diposting 21 Juni 2023
Ecommerce
Artikel Terkait
#BantuMenujuLebihMaju
Jadikan pengalaman pengiriman paket lebih mudah dengan aplikasi KiriminAja.
Atau versi Web Dashboard
PT Selalu Siap Solusi
Jalan Palagan Tentara Pelajar Nomor 77 KM 7, RT 001/RW 033, Sedan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, D.I. Yogyakarta 55581
Produk
Lainnya
Perusahaan
© 2020 - 2024 PT Selalu Siap Solusi