Evaluasi antarmuka pengguna bukan cuma tugas tim desain, pemilik bisnis pun perlu tahu cara melakukan evaluasi heuristik UI/UX agar bisa memastikan layanan digitalnya benar-benar ramah pengguna. Evaluasi ini bisa jadi langkah krusial untuk mencegah penurunan konversi akibat pengalaman pengguna yang membingungkan atau membebani.
Sebelum masuk ke panduannya, ada hal penting lain yang nggak boleh kamu lewatkan yaitu daftar di KiriminAja untuk menikmati kemudahan urus pengiriman sambil tetap fokus meningkatkan kualitas layanan online. Semua fitur mulai dari pick up, pelacakan real-time hingga COD cepat bisa kamu nikmati nih dengan pakai KiriminAja.
Apalagi, kalau kamu ingin tahu lebih dalam tentang apa itu UI/UX dan mengapa UI UX ini penting dalam pengalaman pelanggan digital, dua artikel tersebut bisa jadi bahan belajar yang sangat relevan untuk mendalami bagaimana UI UX sangat berperan kepada customer experience.
Mari kita bahas langkah-langkah teknis yang bisa kamu lakukan untuk melakukan evaluasi heuristik secara efektif di bawah ini.
Cara melakukan evaluasi heuristik UI UX itu bisa kamu lakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
Langkah pertama dalam evaluasi heuristik adalah menentukan apa yang ingin diuji. Apakah kamu ingin mengevaluasi halaman checkout, dashboard pelanggan, atau seluruh alur onboarding pengguna?
Semakin spesifik ruang lingkupnya, semakin mudah menilai apakah elemen UI-nya sudah sesuai prinsip-prinsip heuristik atau belum.
Kamu bisa mulai dengan memilih fitur-fitur penting yang berdampak langsung pada pengalaman pelanggan, terutama yang sering menjadi titik friksi dalam funnel konversi.
Tujuan dari evaluasi ini perlu dirumuskan sejak awal. Misalnya: mengurangi tingkat drop-off pada halaman pembayaran, atau memastikan tampilan mobile situsmu cukup intuitif bagi pengguna baru.
Selain itu, tentukan juga konteks penggunaannya: siapa target pengguna? Dalam situasi seperti apa mereka memakai aplikasi atau situsmu? Konteks ini sangat berpengaruh terhadap interpretasi hasil evaluasi nantinya.
Evaluator tidak harus dari tim UX. Bahkan lebih baik jika terdiri dari orang dengan latar belakang berbeda—developer, customer support, bahkan pemilik bisnis itu sendiri.
Yang penting, setiap evaluator harus dibekali pemahaman dasar mengenai prinsip heuristik yang akan digunakan, serta bersedia mengevaluasi tanpa bias personal terhadap desain saat ini.
Kerangka kerja heuristik membantu mengevaluasi desain dengan pendekatan yang sistematis. Ada beberapa framework populer yang umum digunakan yaitu:
Framework ini adalah yang paling dikenal luas. Jakob Nielsen mengusulkan 10 prinsip seperti: visibilitas status sistem, konsistensi dan standar, kontrol pengguna, serta pencegahan kesalahan.
Framework ini cocok dipakai untuk mengevaluasi produk digital yang sudah cukup kompleks dan ingin distandarisasi dari sisi pengalaman pengguna.
Framework ini menawarkan pendekatan kognitif: bagaimana desain bisa mengurangi beban berpikir pengguna. Beberapa prinsipnya antara lain: meminimalkan beban ingatan pengguna, menyusun informasi secara logis, dan memaksimalkan konsistensi visual.
Pendekatan ini cocok digunakan saat produk kamu menyasar pengguna awam atau bersifat edukatif.
Selain dua di atas, kamu juga bisa menggunakan prinsip-prinsip lain seperti:
• Bruce Tognazzini’s First Principles of Interaction Design
• Ben Shneiderman’s Eight Golden Rules
• Bastien & Scapin’s Ergonomic Criteria
Pilih framework sesuai dengan tujuan testing dan karakteristik produkmu. Dalam beberapa kasus, kombinasi dua framework juga bisa digunakan untuk hasil yang lebih komprehensif.
Sebelum evaluasi dimulai, berikan briefing jelas kepada semua evaluator. Instruksi bisa dalam bentuk skenario pengguna—misalnya: “Bayangkan kamu adalah pengguna baru yang ingin membeli produk A dalam waktu singkat. Jelajahi situsnya dan identifikasi potensi hambatan.”
Instruksi ini penting agar evaluator punya konteks yang sama dan tidak mengevaluasi hanya berdasarkan estetika.
Idealnya, lakukan sesi evaluasi secara terpisah untuk setiap evaluator. Hal ini mencegah efek bias atau diskusi terlalu dini. Evaluasi juga bisa dilakukan lebih dari sekali, dengan iterasi setelah perbaikan desain.
Beberapa platform online bahkan memungkinkan proses ini dilakukan secara remote dengan tools seperti Miro, Figma, atau bahkan Notion.
Setelah semua sesi evaluasi selesai, kumpulkan hasilnya dalam satu laporan. Identifikasi pola masalah yang muncul berulang. Misalnya: terlalu banyak teks, navigasi membingungkan, atau tombol aksi yang tidak terlihat jelas.
Beri skala prioritas berdasarkan dampaknya terhadap pengguna. Masalah yang menghambat transaksi atau membuat pengguna keluar dari situs harus mendapat perhatian pertama.
Kesimpulan
Melakukan evaluasi heuristik UI/UX tidak harus mahal dan rumit. Dengan pendekatan yang terstruktur, bahkan pemilik bisnis sekalipun bisa mendapatkan banyak insight berharga tentang bagaimana pengguna berinteraksi dengan layanan digital yang ditawarkan.
Kalau kamu sudah mengoptimalkan pengalaman pengguna tapi masih kewalahan urus logistik, serahkan urusan pengiriman ke KiriminAja deh. KiriminAja adalah layanan pengiriman yang cepat, praktis, dan bisa kamu integrasikan langsung ke toko onlinemu. Daftar sekarang dan rasakan efisiensinya! Yuk pakai KiriminAja dan buat cara kirimmu lebih mudah dari sebelumnya!
Akhmad Ilham Cahyono
Diposting 20 Juni 2025
Teknologi Bisnis
Artikel Terkait
#BantuMenujuLebihMaju
Jadikan pengalaman pengiriman paket lebih mudah dengan aplikasi KiriminAja.
Atau versi Web Dashboard
PT Selalu Siap Solusi
Jl. Palagan Tentara Pelajar No.77, Mudal, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
© 2020 - 2025 PT Selalu Siap Solusi
This site is protected by reCAPTCHA and the Google