Dalam dunia bisnis, memahami siapa pelanggan idealmu itu bukan cuma soal usia dan jenis kelamin. Tapi soal memahami isi kepala mereka, apa yang mereka suka, kebiasaan mereka, hingga apa yang bikin mereka akhirnya mengklik tombol "beli". Di sinilah pentingnya kamu harus tahu cara membuat buyer persona.
Buyer persona adalah sebuah representasi semi-fiktif dari pelanggan idealmu yang disusun berdasarkan data nyata dan wawasan mendalam. Tapi, gimana sih cara membuat buyer persona yang tepat dan efektif?
Sebelum kita masuk ke langkah-langkahnya, kalau kamu adalah pemilik bisnis yang sedang membangun brand atau sedang memperkuat koneksi dengan pelanggan, daftarlah sekarang di KiriminAja. Platform pengiriman barang yang siap bantu kamu mengelola logistik bisnis lebih cepat, lebih aman, dan lebih hemat.
Dan kalau kamu ingin brand-mu dikenal luas dan punya identitas yang kuat, kamu wajib banget baca artikel cara membuat brand identity yang kuat agar bisnis melesat ini. Di sana juga dijelaskan mengapa mengetahui apa itu brand identity adalah langkah penting sebelum mulai promosi besar-besaran.
Sekarang mari kita simak pembahasan cara membuat buyer persona di bawah ini.
Membuat buyer persona itu seperti menyusun potongan puzzle. Setiap potongan adalah informasi penting yang akan membentuk gambaran besar: siapa sebenarnya pelangganmu dan bagaimana kamu bisa berbicara langsung ke mereka—baik lewat konten, produk, maupun layanan.
Mari kita bahas langkah-langkahnya satu per satu.
Langkah pertama adalah membayangkan—atau lebih tepatnya memetakan—siapa persona idealmu. Tapi jangan terjebak imajinasi, karena kita butuh fondasi nyata. Mulailah dengan menjawab beberapa pertanyaan mendasar:
• Siapa pelanggan idealmu (umur, lokasi, pekerjaan)?
• Apa tujuan mereka saat menggunakan produkmu?
• Masalah atau tantangan apa yang mereka hadapi sehari-hari?
• Bagaimana mereka mengambil keputusan pembelian?
Dari sini, kamu bisa mulai membentuk kerangka kasar persona. Bayangkan mereka seperti tokoh dalam cerita: ada latar belakang, tujuan, dan bahkan kebiasaan unik. Misalnya: “Rina, 29 tahun, karyawan kantoran yang sering belanja online malam hari setelah anak tidur.”
Konsep ini akan jadi fondasi untuk langkah-langkah berikutnya.
Membuat persona bukan hasil tebak-tebakan. Kamu butuh data nyata. Dan kabar baiknya, data ini bisa kamu dapat dari berbagai sumber:
• Google Analytics: lihat demografi pengunjung website-mu.
• Survei Pelanggan: kirim formulir sederhana ke pembeli untuk tahu lebih banyak tentang mereka.
• Wawancara Langsung: ngobrol dengan beberapa pelanggan setia bisa mengungkap insight yang tak terduga.
• Data Penjualan & CS: tanya tim customer service, masalah apa yang sering ditanyakan pelanggan?
Gabungkan semua data ini, dan kamu akan melihat pola. Misalnya, mayoritas pembelimu adalah perempuan usia 25–35 tahun yang tinggal di kota besar dan membeli produk saat ada diskon. Nah, pola ini yang nantinya akan membentuk persona utama.
Setelah mengumpulkan data, kini saatnya membentuk profil buyer persona yang utuh. Profil ini biasanya berisi:
• Nama (boleh fiktif tapi realistis)
• Umur
• Pekerjaan
• Pendapatan
• Tujuan hidup (dalam konteks produkmu)
• Tantangan atau pain points
• Media sosial favorit
• Cara mereka menemukan produkmu
• Motivasi membeli
Contoh:
Nama: Andi, 34 tahun, pemilik usaha kecil kuliner
Tujuan: Menemukan cara pengiriman cepat dan murah untuk makanan beku
Tantangan: Sering rugi karena produk rusak saat pengiriman
Solusi yang dicari: Partner logistik yang aman dan mudah digunakan
Setelah selesai, jangan lupa validasi persona ini. Tunjukkan ke tim sales atau marketing, dan pastikan mereka juga merasa persona ini mewakili pelanggan nyata yang mereka temui.
Ini bagian penting yang sering terlewat: tahu fitur apa yang mereka anggap penting dan harga yang mereka anggap “masuk akal.”
Misalnya, persona-mu suka fitur “tracking real-time” karena sering merasa waswas kalau paket terlambat. Maka fitur ini harus jadi highlight dalam promosi produkmu.
Soal harga? Jangan asal murah. Buyer persona bisa memberimu gambaran rentang harga yang nyaman buat mereka. Ada yang rela bayar lebih asal layanan top. Ada juga yang sensitif terhadap harga, tapi rela kompromi soal fitur.
Dengan memahami preferensi ini, kamu bisa menyusun strategi harga dan fitur yang nyambung dengan kebutuhan mereka.
Kesimpulan
Membuat buyer persona memang butuh waktu dan riset. Tapi hasilnya sepadan: kamu akan punya arah jelas dalam membuat kampanye pemasaran, mengembangkan produk, hingga menetapkan strategi layanan pelanggan. Daripada menembak di gelap, lebih baik kenali siapa yang benar-benar jadi targetmu.
Jangan lupa, setelah tahu siapa pelanggan idealmu, kamu juga butuh partner logistik yang bisa bantu kamu menjaga pengalaman mereka tetap memuaskan. KiriminAja hadir untuk bantu pemilik bisnis seperti kamu kirim barang lebih efisien dan profesional. Yuk, daftar sekarang dan mulai bangun hubungan lebih kuat dengan pelangganmu—dari proses pemesanan sampai barang sampai di tangan mereka.
Kalau kamu merasa artikel ini berguna, jangan ragu untuk membagikannya ke teman sesama pelaku bisnis, ya. Siapa tahu, mereka juga sedang bingung memahami pelanggannya. Jangan lupa juga untuk daftar di KiriminAja sekarang!
Akhmad Ilham Cahyono
Diposting 23 April 2025
Bisnis
Artikel Terkait
#BantuMenujuLebihMaju
Jadikan pengalaman pengiriman paket lebih mudah dengan aplikasi KiriminAja.
Atau versi Web Dashboard
PT Selalu Siap Solusi
Jl. Palagan Tentara Pelajar No.77, Mudal, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
© 2020 - 2025 PT Selalu Siap Solusi
This site is protected by reCAPTCHA and the Google