Jangan buru-buru mikir jualan kalau kamu belum paham benar jalur yang dilalui calon pembelimu. Salah satu kesalahan umum dalam bisnis adalah terlalu fokus di ujung—pembelian—tapi lupa merawat proses dari awal. Padahal, memahami cara mengoptimalkan tahap buying cycle (customer journey) untuk meningkatkan penjualan bisa jadi pembeda antara penjual yang biasa-biasa aja dan brand yang dipercaya.
Sama halnya dengan memilih partner logistik. Kalau pengiriman berantakan, reputasi ikut rusak. Tapi kalau kamu daftar dan kirim paket lewat KiriminAja, pelanggan bakal merasakan pengalaman pembelian yang cepat, transparan, dan memuaskan.
Jangan ragu juga untuk menerapkan pendekatan CVO yang terarah untuk bisnismu agar siklus pembelian nggak cuma berakhir di satu transaksi.
Sekarang, yuk kita bahas strategi konkret yang bisa kamu terapkan untuk mengoptimalkan setiap tahap customer journey—dan tentu saja, mengubahnya jadi penjualan yang nyata.
Tahap buying cycle bukan teori kosong—ini adalah peta perjalanan calon pembelimu. Dari yang baru kenal brand-mu sampai akhirnya jadi pelanggan loyal, kamu butuh strategi yang pas di setiap titik. Di bawah ini adalah langkah-langkah cara mengoptimalkan tahap buying cycle customer journey untuk meningkatkan penjualan yang bisa kamu lakukan agar proses ini mengalir dengan lancar:
Kamu nggak bisa pakai satu jenis konten untuk semua orang. Orang yang baru sadar punya masalah butuh konten berbeda dari mereka yang sudah siap gesek kartu. Nah, bedakan konten kamu untuk:
• Tahap Awareness: edukatif, menjawab pertanyaan awal
• Tahap Consideration: komparasi, kelebihan produkmu
• Tahap Decision: ulasan, demo produk, case study
• Tahap Retention: tips penggunaan, loyalty program
Dengan membuat konten yang sesuai, kamu memperbesar peluang setiap pengunjung naik ke tahap berikutnya.
Konten bagus tanpa distribusi yang tepat ibarat ngiklanin bakso di tengah kebun teh—nggak nyambung. Pilih kanal yang sesuai dengan tahapan customer:
• Media sosial untuk awareness
• Blog dan YouTube untuk consideration
• Email dan landing page untuk decision
• WhatsApp, Telegram, atau aplikasi untuk retention
Semakin tepat penempatan kontennya, semakin besar peluang kamu memancing interaksi yang berujung konversi.
Sering kali pelanggan udah mau beli… tapi mentok karena satu hal kecil: form checkout terlalu ribet, biaya kirim mendadak muncul, atau stok ternyata kosong. Maka:
• Buat proses pembelian sesederhana mungkin
• Tampilkan informasi penting di awal (termasuk biaya)
• Pastikan respons customer service cepat dan solutif
Kalau kamu pakai sistem pengiriman seperti KiriminAja, pelanggan bisa langsung cek ongkir dan status kiriman tanpa harus tanya-tanya dulu. Itu contoh nyata hilangnya hambatan dalam journey.
Tanpa menjelekkan pihak lain, kamu tetap bisa bikin konten perbandingan yang fair dan informatif. Tujuannya bukan menjatuhkan, tapi memberi pemahaman kepada calon pembeli mengapa produkmu layak dipilih.
Contoh bentuk kontennya:
• Tabel perbandingan fitur
• Video “yang mana cocok untuk siapa”
• Checklist kebutuhan agar pembeli bisa memilih dengan jelas
Ini sangat membantu di tahap consideration dan decision.
Nggak semua calon pelanggan punya kebutuhan dan preferensi yang sama. Itulah kenapa kamu perlu menyegmentasi audiens dan menyesuaikan komunikasi.
Caranya?
• Gunakan data dari interaksi sebelumnya (misalnya: klik email, halaman yang dibuka)
• Sesuaikan bahasa dan pendekatan sesuai persona
• Hindari pesan yang generik dan terlalu luas
Semakin terasa personal, semakin besar peluang kamu membangun koneksi yang menghasilkan pembelian.
Salah satu tools paling underrated dalam customer journey adalah email automation berbasis perilaku. Ini bukan sekadar kirim email massal, tapi mengirim pesan yang pas timing-nya.
Contoh:
• Kirim email diskon saat mereka hampir checkout tapi belum selesai
• Kirim panduan saat mereka baru beli produk
• Kirim penawaran baru berdasarkan riwayat pembelian
Kuncinya adalah otomatisasi yang berbasis data, bukan insting semata.
Nggak semua pelanggan suka kasih testimoni panjang atau bikin review di marketplace. Tapi mereka bisa jadi “sales” versi digital yang efektif—kalau kamu tahu caranya.
Coba:
• Program referral yang mudah dibagikan
• Format testimoni cepat (seperti rating atau emoji)
• Ajakan berbagi pengalaman di media sosial dengan tag ke brand kamu
Kuncinya: bikin semudah mungkin untuk mereka berkontribusi tanpa merasa dipaksa.
AI bukan cuma buat chatbot atau rekomendasi produk. Kalau dimanfaatkan dengan benar, AI bisa:
• Membantu memprediksi kapan calon pelanggan siap beli
• Menyediakan rekomendasi konten berdasarkan perilaku
• Menyusun email campaign otomatis yang relevan
Bahkan kamu bisa menganalisis titik drop-off dalam journey dan mengoptimalkan prosesnya secara real-time.
Kalau logistik juga bisa kamu integrasikan dengan AI, seperti KiriminAja yang punya sistem pelacakan pintar dan API pengiriman otomatis, maka seluruh proses dari klik hingga paket sampai bisa lebih cepat dan efisien.
Kesimpulan
Optimasi tahap buying cycle (customer journey) bukan tentang bikin iklan lebih banyak, tapi lebih ke menyusun strategi yang sesuai dengan kebutuhan dan pola pikir calon pelanggan. Ketika kamu tahu di mana mereka berada, apa yang mereka pikirkan, dan apa hambatan mereka—maka kamu bisa bantu mereka sampai di titik pembelian tanpa dorongan yang memaksa.
Jangan lupa: pengiriman yang cepat dan mulus adalah bagian dari pengalaman itu. Daftar sekarang di KiriminAja, dan pastikan pengalaman pembelian pelangganmu tetap konsisten sampai paketnya benar-benar tiba di tangan mereka.
Akhmad Ilham Cahyono
Diposting 14 Mei 2025
Bisnis
Artikel Terkait
#BantuMenujuLebihMaju
Jadikan pengalaman pengiriman paket lebih mudah dengan aplikasi KiriminAja.
Atau versi Web Dashboard
PT Selalu Siap Solusi
Jl. Palagan Tentara Pelajar No.77, Mudal, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
© 2020 - 2025 PT Selalu Siap Solusi
This site is protected by reCAPTCHA and the Google