qpHmQyY9WBxTVOIA.webp
Home

/

Blog

/

Bisnis

Contoh Studi Kelayakan Bisnis Perusahaan: Gali Sebab Bangkrutnya Sritex Biar Bisnismu Tetap Aman

Dalam dunia bisnis yang terus berkembang, contoh studi kelayakan bisnis sangat penting untuk memahami dan mengantisipasi risiko yang dihadapi perusahaan. Kali ini, kita akan membahas contoh studi kelayakan bisnis perusahaan Sritex (PT Sri Rejeki Isman).

Ini adalah salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia yang baru-baru ini menghadapi tantangan besar, yakni kebangkrutan.

Dari kasus ini, ada pelajaran penting yang bisa diambil, terutama untuk memahami bagaimana strategi bisnis dan keuangan yang kurang efektif dapat berakibat pada keberlangsungan perusahaan.

Sebelum masuk ke pembahasannya, bagi kamu seller online yang membutuhkan pengiriman barang dan paket cepat, KiriminAja adalah jawabannya. Langsung saja daftar sekarang di KiriminAja ya!

Setelah itu, kita akan bahas bersama mengenai contoh studi kelayakan bisnis perusahaan ini.

Contoh Studi Kelayakan Bisnis Perusahaan Sritex

Berikut ini adalah contoh studi kelayakan bisnis Sritex yang bisa menjadi referensi dalam memahami penyebab kebangkrutan, segmen pasar, hingga strategi yang bisa diterapkan dalam bisnis kamu:

Latar Belakang Perusahaan Sritex

Sritex didirikan pada tahun 1966 oleh HM Lukminto di Solo, Jawa Tengah, sebagai produsen kain yang berfokus pada kualitas.

Perusahaan ini kemudian berkembang pesat, terutama dalam penyediaan seragam militer untuk berbagai negara di dunia, termasuk anggota NATO.

Namun, meskipun memiliki segmen pasar yang kuat, berbagai faktor eksternal dan internal telah menyebabkan masalah serius dalam kinerja keuangannya.

Perusahaan ini dikenal karena sistem produksinya yang terintegrasi, dari proses pemintalan benang hingga menjadi produk garmen siap pakai. Dengan pendekatan ini, Sritex mampu mengontrol kualitas setiap tahap produksi dan menjaga reputasi produknya di pasar.

Namun, pada 2024, Sritex dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang setelah gagal melunasi utang yang mencapai Rp24,6 triliun. Sritex sempat mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sebagai upaya restrukturisasi, tetapi gagal mempertahankan keberlanjutan operasinya.

Tujuan Pendirian Perusahaan Sritex

Visi awal pendirian Sritex adalah untuk menciptakan standar kualitas tekstil di Indonesia sekaligus memenuhi kebutuhan tekstil global. Seiring perkembangan, Sritex memperluas jangkauan produknya hingga memenuhi kebutuhan militer internasional.

Melalui prinsip inovasi dan kontrol kualitas yang ketat, perusahaan ini berhasil mendapatkan reputasi positif di tingkat nasional dan internasional. Namun, dengan tekanan dari produk impor dan kondisi ekonomi global, tujuan tersebut menjadi semakin sulit dipertahankan.

Pembahasan Perusahaan Sritex

Sekarang mari kita bahas satu per satu bagaimana segmentasi pasar hingga aspek ekonomi perusahaan Sritex di bawah ini:

Segmentasi Pasar Sritex

Sritex berfokus pada segmen pasar institusional, khususnya penyediaan seragam untuk instansi militer, serta pasar ritel melalui berbagai produk tekstil yang berkualitas. Dengan adanya kenaikan produk tekstil murah dari negara seperti Cina, Sritex menghadapi kesulitan untuk bersaing dari segi harga.

Melalui PKPU, Sritex sempat berharap bisa merestrukturisasi utangnya dan menyesuaikan strategi bisnis untuk bertahan di segmen ini. Namun, ketergantungan pada segmen militer dengan margin keuntungan yang relatif terbatas menjadi salah satu tantangan utama.

Target Pasar Perusahaan Sritex

Sebagai pemasok utama tekstil untuk kebutuhan militer, baik dalam maupun luar negeri, target pasar Sritex berfokus pada institusi besar yang membutuhkan produk berkualitas tinggi. Namun, persaingan dengan produk impor murah telah menggerus pangsa pasarnya di sektor ini.

Di sisi lain, Sritex juga mencoba menjangkau pasar ritel dengan produk-produk fashion, tetapi kurangnya penyesuaian harga yang kompetitif membuat sulit bersaing di segmen ini.

Keterbatasan inovasi di segmen ritel dan ketergantungan pada kontrak-kontrak institusi membuat perusahaan kurang fleksibel dalam merespons perubahan pasar.

Aspek Teknis Perusahaan Sritex

Dari sisi teknis, Sritex memiliki proses produksi yang efisien dengan sistem yang terintegrasi mulai dari pemintalan benang hingga garmen siap pakai.

Meski demikian, pandemi COVID-19 membawa tantangan besar bagi rantai pasokan bahan baku, yang menyebabkan perusahaan terpaksa membeli bahan baku dari sumber alternatif dengan harga yang lebih tinggi.

Selain itu, ketergantungan pada sistem terintegrasi ini membuat perusahaan sulit untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan permintaan pasar dan tren fashion yang semakin cepat berubah.

Aspek Ekonomi Perusahaan Sritex

Dari sisi ekonomi, Sritex mengalami tekanan besar akibat utang yang sangat besar. Beberapa tahun terakhir, Sritex mencatat utang sekitar Rp24,6 triliun. Upaya PKPU yang diharapkan dapat memberikan kelonggaran pembayaran utang akhirnya gagal membebaskan perusahaan dari krisis.

Persaingan dengan produk impor murah dari negara-negara seperti Cina juga berdampak negatif pada penjualan domestik, sementara kontrak-kontrak institusional sulit diperoleh di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Kondisi ini semakin diperparah oleh pengaruh kebijakan fiskal yang kurang mendukung sektor manufaktur tekstil dalam negeri untuk bersaing dengan produk impor.

Pelajaran dan Strategi Bisnis dari Kasus Kebangkrutan Sritex

Diversifikasi Pasar: Hindari ketergantungan pada satu jenis pelanggan atau sektor; perluas jangkauan agar risiko lebih tersebar.

Pengelolaan Utang yang Bijaksana: Batasi pinjaman dan kelola utang dengan strategi yang memperhitungkan kondisi pasar.

Adaptasi Terhadap Persaingan Global: Tingkatkan inovasi dan strategi harga untuk bersaing dengan produk impor yang lebih murah.

Fleksibilitas Operasional: Buat sistem produksi yang memungkinkan perubahan cepat sesuai tren pasar.

Efisiensi Rantai Pasok: Pastikan fleksibilitas dalam pemasok bahan baku agar produksi tetap stabil saat terjadi gangguan.

Kasus ini mengajarkan pentingnya strategi yang dinamis dan pengelolaan keuangan yang disiplin untuk memastikan kelangsungan bisnis di tengah tekanan eksternal.

Kesimpulan

Kasus Sritex memberikan pelajaran penting tentang bagaimana kelangsungan bisnis tidak hanya bergantung pada faktor internal, tetapi juga strategi menghadapi tekanan eksternal.

Dalam studi kelayakan bisnis ini, terlihat bahwa pengelolaan utang yang bijaksana, diversifikasi pasar, dan inovasi produk sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan usaha.

Bagi para pelaku bisnis online atau UKM, penting untuk belajar dari kasus Sritex ini. Salah satu langkah penting dalam mendukung bisnis yang berkelanjutan adalah memastikan efisiensi di berbagai aspek operasional, termasuk distribusi produk kepada pelanggan.

Di era digital seperti sekarang, pengelolaan logistik yang efektif merupakan salah satu komponen penting yang harus diperhatikan. Salah satu solusi yang bisa diandalkan untuk membantu pengiriman produkmu adalah dengan KiriminAja.

Dengan KiriminAja, kamu bisa memudahkan pengiriman paket secara efisien dan terjangkau, membantu usaha agar terus berkembang di tengah persaingan pasar yang semakin ketat.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang kasus Sritex dan bagaimana pentingnya strategi operasional dan logistik yang efisien, bisnis kamu dapat terus berkembang dan mengantisipasi risiko yang mungkin muncul.

Jangan lupa untuk daftar segera di KiriminAja sekarang, lagi banyak promo loh! #BantuMenujuLebihMaju

Akhmad Ilham Cahyono

Diposting 29 Oktober 2024

Bisnis

#BantuMenujuLebihMaju

Mulai Kirim Paketmu Sekarang!

Jadikan pengalaman pengiriman paket lebih mudah dengan aplikasi KiriminAja.

Atau versi Web Dashboard

PT Selalu Siap Solusi

Jl. Palagan Tentara Pelajar No.77, Mudal, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Terdaftar di

sectigo

© 2020 - 2025 PT Selalu Siap Solusi

This site is protected by reCAPTCHA and the Google