Fast fashion & Bisnis Online: Bagaimana Menghadapi Realitas yang Tabu?

Danusantoso
1 tahun lalu
Bisnis
efek-negatif-industri-fast-fashion

Dalam dunia fast fashion, tren bergerak begitu cepat. Ilustrasinya, saat Anda berada di kasir toko baju, apa yang Anda akan bayar itu bisa jadi sudah ketinggalan zaman.

Tapi, apa sebenarnya yang terjadi di balik kilauan fast fashion yang merajalela di Indonesia saat ini?

Hampir semua pecinta fashion bisa mendefinisikan apa itu fast fashion. Karena mereka adalah bagian dari ekosistem tersebut.

Bahkan, yang bukan pecinta fashion pun juga masuk dalam ekosistem fast fashion. Iya, hampir semua orang Indonesia ada dalam lingkaran atau ekosistem fast fashion.

Namun, hanya sedikit yang bisa menjelaskan mengapa fast fashion itu punya efek buruk atau dampak negatif, utamanya ke lingkungan.

Dalam artikel ini, kita akan mengungkap beberapa yang perlu Anda ketahui terkait industri fast fashion, mulai dari pencemaran air, mikroplastik, emisi gas rumah kaca, hingga eksploitasi pekerja garmen.

Konsumsi Fashion Secepat Balapan Flash & Superman

Kita semua sadar dan tahu bahwa kombinasi bisnis online dan fast fashion telah mengubah cara kita berbelanja. 

Dengan 150 miliar item diproduksi setiap tahun serta ekosistem bisnis online, kita semua terjebak dalam siklus membeli, memakai, dan membuang.

Lebih dari 50% produk fast fashion yang dibeli akan dibuang atau tidak digunakan lagi  hanya dalam waktu kurang dari setahun?

Dalam setahun itu, ada puluhan kali musim perubahan mode mikro dalam industri fast fashion yang menuntut pergantian model fashion.

Artinya, dalam setahun, bisa terjadi puluhan kali pergantian model fashion. Setiap pergantian model, konsumen merasa dituntut untuk membeli produk baru.

Produk baru yang dibeli itu, kemungkinan besar, hanya digunakan tidak lebih dari 1-4 bulan saja. Lalu, setelah itu ya diam di lemari, dibuang, atau disumbangkan.

Efek Negatif Fast Fashion

Saat Anda memakai pakaian baru yang trendi, pernahkah Anda berpikir tentang siapa yang membuatnya?

Masalah Etika Bisnis Fast Fashion

Kebanyakan pekerja garmen fast fashion global berasal di Bangladesh. Para pekerja ini, menurut penelitian, hanya mendapatkan 50% dari upah hidup.

Banyak dari mereka bekerja hingga 16 jam sehari dalam kondisi yang tidak aman. Dan tragisnya, banyak yang kehilangan nyawa saat bekerja.

Salah satu momen tragedi dan ironis pekerja fast fashion Bangladesh adalah runtuhnya Rana Plaza pada tahun 2013.

Mari kita perinci sebagian masalah krusial yang diakibatkan industri fast fashion:

Upah Murah

Fast fashion mengakibatkan semakin banyaknya pekerja dengan upah murah. Pekerja berkeahlian rendah dengan upah murah diperlukan di semua tahapan rantai pasokan. Kebutuhan tersebut diikuti dengan ketersediaan pasokan tenaga produktif yang butuh pekerjaan. Klop.

Kondisi tersebut juga didukung dengan kurangnya akuntabilitas dan kontrol dari brand besar yang memesan produk ke pabrikan-pabrikan di Bangladesh atau negara berkembang lainnya.

Para karyawan upah murah dimanfaatkan untuk berbagai tugas, mulai dari produksi biji kapas, panen kapas, pabrik pemintalan benang, memotong kain, dan lain sebagainya hingga menjadi produk fashion.

Pekerja Anak dalam Industri Tekstil

Menurut ILO (International Labour Organization), 170 juta anak terlibat dalam pekerjaan anak. Sebagian besar pekerja anak itu ada dalam rantai produk fast fashion untuk konsumsi masyarakat negara-negara maju/negara barat.

Meskipun di banyak negara pekerja cilik dilarang oleh hukum, masalah ini masih berlangsung di negara-negara miskin, tempat sebagian besar produksi fast fashion.

Dampak ke Anak-anak

Efek domino fast fashion dirasakan langsung oleh anak-anak. Artinya, anak-anak yang orang tuanya jadi pekerja dalam rantai industri fast fashion berisiko tinggi mengalami kemiskinan dan pengabaian.

Efeknya, kondisi hidup yang buruk, kurangnya perhatian orang tua, kurangnya perawatan membatasi kemampuan anak-anak untuk mencapai potensi penuh.

Ada masalah etika dan sistem bisnis yang tidak tepat dalam industri fast fashion. Tapi, bukan hanya masalah etika saja. Fast fashion juga punya efek negatif ke lingkungan.

Efek Lingkungan Fast Fashion

Industri fast fashion, dengan segala keindahannya itu, punya dampak besar ke lingkungan kita. Mari rinci beberapa masalah paling umum dan fundamental:

Konsumsi Air Besar-besaran

Produksi tekstil memerlukan banyak air. Sebagai contoh, memproduksi satu kaos katun memerlukan 1.800 galon air. Air ini seringkali diambil dari sungai atau danau, yang bisa menyebabkan kekurangan air bersih bagi lingkungan dan manusia.

Polusi Mikroserat

Saat kita mencuci pakaian, serat plastik kecil bisa terlepas dan masuk ke lingkungan. Mikroserat ini dapat mencemari saluran air.

Limbah

Industri fashion menghasilkan banyak limbah. Setiap tahun, sekitar 85% tekstil dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dibakar. Limbah ini dapat melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer.

Bahan Kimia Beracun

Produksi tekstil seringkali menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna dan pestisida. Bahan kimia ini dapat mencemari saluran air dan membahayakan kesehatan manusia.

Deforestasi

Industri fashion adalah salah satu penyebab deforestasi. Pohon-pohon ditebang untuk membuka perkebunan kapas dan fasilitas produksi tekstil lainnya. Deforestasi ini berkontribusi pada perubahan iklim dan masalah lingkungan lainnya.

Solusi Kecil dari Bisnis Online Menghadapi Fast fashion

Jadi, apa yang bisa Anda lakukan sebagai pemilik bisnis online di Indonesia? Tentu saja, tidak banyak yang bisa dilakukan pelaku bisnis online dalam rantai industri fast fashion.

Walau memang pesimis, tapi menyebarkan wawasan soal fast fashion saat ini bisa menjadi langkah kecil yang bisa kita lakukan.

Berikut ini adalah beberapa hal yang masuk akal dilakukan Anda dan pelaku bisnis online fashion Indonesia untuk mengurangi dampak negatif fast fashion:

  • Menggunakan bahan berkelanjutan: Anda dapat mulai menjual produk dengan bahan yang berkelanjutan seperti katun organik, poliester daur ulang, atau Tencel. Bahan-bahan ini lebih ramah lingkungan karena memerlukan lebih sedikit air dan energi untuk diproduksi. Tentu saja, Anda tidak serta-merta. Lakukan penjualan secara perlahan.
  • Mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang: Menjual produk daur ulang atau produk thrifting memang terkesan sobat lingkungan banget. Tapi pastikan, produk yang Anda jual memang baik untuk lingkungan
  •  Transparansi dalam rantai pasokan: Tunjukkan asal bahan dan cara pembuatan produk fashion yang Anda jual. Selain demi citra bisnis Anda sendiri, konsumen juga lebih memahami apa yang ia beli.
  • Lakukan Praktik Tenaga Kerja yang Etis: Pastikan pekerja Anda dapat upah yang adil dan bekerja dalam kondisi yang aman. Hindari penggunaan tenaga kerja anak dan tenaga kerja paksa.
  • Mendidik Pelanggan: Berikan wawasan soal fast fashion. Jika mungkin, berikan alternatif produk yang lebih baik. Sehingga, bisnis Anda dapat membantu mereka membuat pilihan yang lebih berkelanjutan saat berbelanja.

Masih ada banyak contoh aplikasi bagaimana bisnis online mengurangi efek buruk fast fashion. Contohnya, Anda bisa menawarkan layanan perbaikan produk. Sehingga konsumen dapat memperpanjang umur pakaian mereka. Atau, Anda bisa mengadakan garage sale untuk produk konsumen yang sudah tidak dipakai lagi.

Artinya, dengan membuat perubahan kecil, realistis, dan sesuai kondisi bisnis Anda, maka tetap  ada perbedaan signifikan dalam keberlanjutan industri fashion.

Industri fast fashion memang menawarkan tren terbaru dengan harga yang terjangkau dan profit berkilau. Namun, dampaknya terhadap lingkungan adalah sesuatu yang tetap harus Anda pertimbangkan saat menjalankan bisnis online saat ini. 

Bagikan
Tweet
Undang

Related Posts

Tags
No tags.
Danusantoso
Blog Author
Call to action

Udah tenang, kirim paketmu dengan KiriminAja sekarang! #Bisnisjaditenang

Semua bisa mulai kirim paket tanpa ribet. Jadikan pengalaman pengiriman paket lebih mudah dengan KiriminAja.